Tak hanya Arab Saudi, Nigeria juga mulai kehabisan uang dan miskin

Ilustrasi Migas. shutterstock.com


Bertahan rendahnya harga minyak dunia memukul banyak negara, terutama produsen. Salah satunya adalah Nigeria. Negara ini sedang mempertimbangkan untuk meminta bantuan atau meminjam uang pada Bank Dunia, Bank Pembangunan Afrika dan organisasi internasional lainnya. Uang pinjaman diperlukan untuk menutupi anggaran yang jebol akibat murahnya harga minyak mentah.

Pemerintah setempat mengatakan sedang mencari utang sebesar USD 9 miliar untuk membiaya ekonominya.

Harga minyak mentah telah merosot 75 persen hingga menyentuh level USD 33 per barel. Nigeria selama ini bergantung pada pendapatan penjualan minyak dan Nigeria adalah negara penghasil minyak besar kedua, setelah Azerbaijan.

Minyak yang dihasilkan Nigeria menyumbang 35 persen untuk PDB, 75 persen pendapatan pemerintah dan 90 persen pendapatan ekspor. Nigeria adalah negara ekonomi terbesar di Afrika.

Nilai tukar Nigeria juga merosot terhadap USD dan defisit anggaran bergerak sangat cepat. Defisit anggaran Nigeria diperkirakan mencapai USD 15 miliar di 2016.

Kementerian Keuangan Nigeria membantah bahwa mereka telah meminjam uang tunai darurat. Namun, pihak kementerian mengakui sedang mempertimbangkan pinjaman Bank Dunia sebagai salah satu cara menutupi defisit anggaran.

"Yang benar adalah bahwa Nigeria menunjukkan niat untuk meminjam dan ini digunakan untuk investasi proyek yang merangsang ekonomi," ucap Menteri Ekonomi Nigeria, Kemi Adeosun seperti dikutip dari CNN, Selasa (2/2).

Sebelumnya, negara kaya minyak, Arab Saudi saat ini menghadapi bom ekonomi. Keuangan negara berantakan karena rendahnya harga minyak dunia dari pertengahan tahun lalu.

Sekitar 75 persen anggaran Saudi berasal dari penjualan minyak. Sedangkan harga minyak telah anjlok dalam dari USD 100 per barel di 2014 menjadi hanya USD 36 per barel saat ini. Kebanyakan ahli memprediksi harga minyak masih akan bertahan rendah.

Perkiraan IMF di 2015 silam, Arab Saudi sebagai pengekspor minyak terbesar dunia, membutuhkan harga minyak hingga ke level USD 106 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya. IMF juga mengatakan bahwa kerajaan tersebut juga hampir tidak mempunyai cadangan fiskal untuk bertahan selama lima tahun ke depan jika harga minyak tetap berada di level USD 50 per barel.

Hal itu menjadi penyebab Arab Saudi sangat agresif dalam mendapatkan uang akhir-akhir ini. Di antaranya adalah menjual surat utang sebesar USD 4 miliar (Rp 54,8 triliun) awal tahun lalu dan menarik uang dari perusahaan pengelola aset seperti BlackRock hingga USD 70 miliar atau Rp 959 triliun.

Di saat negara kekurangan uang, Arab Saudi tidak akan mungkin untuk menaikkan pendapatan dari pajak, namun memotong beberapa anggaran dalam belanjanya.

Namun, kecil kemungkinan kerajaan tersebut akan memangkas anggaran sosial dan militernya mengingat masih adanya ketakutan revolusi Arab (Arab Spring) tahun 2011 akan kembali muncul. (merdeka.com)
loading...

0 Response to "Tak hanya Arab Saudi, Nigeria juga mulai kehabisan uang dan miskin"

Posting Komentar